undefined
undefined
Di Tengah Tumpukan Hadiah
Aku duduk lesu di tengah tumpukan bingkisan di kamarku. Paling tidak ada sekitar 200 bingkisan di sekitarku. Seharusnya semua bingkisan ini untukku. Seharusnya besok aku membuka bingkisan ini satu per satu, bersamamu. Berdua.
Tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi, jauh dari nyata. Kamu menghancurkan impianku. Kamu menghancurkan segalanya. Kamu baru saja menghancurkan harga diriku menjadi hanya serpihan debu. Kamu. Kamu. Kamu. Mengapa aku tidak dapat membuangmu dari pikiranku semudah membalikan telapak tangan?
Kini semua bingkisan ini harus kukembalikan ke setiap orang yang memberikannya. Capek tau. Atau mungkin lebih baik aku kirim saja semua ke rumahmu. Biar kau saja mengembalikan ke masing-masing pengirimnya. Toh, ini semua juga gara-gara kamu. Setidaknya kamu akan punya sedikit tanggung jawab. Bukan hanya bisa membatalkan pernikahan pada hari H-nya saja.
Betul, aku kirimkan saja semua ini ke rumahmu. Selamat bekerja keras sayang.
Bandung, 9/10/11 - (Seharusnya) Kamar Pengantin, di tengah tumpukan hadiah
This entry was posted
on Sunday, October 9, 2011
at 3:01 PM
and is filed under
15harimenulisdiblog,
cerpen,
fiksi
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.