Kuis Oldies  

Posted by doedoedoe

Pekerjaan rutin saya hampir setiap malam adalah menggosip bersama teman-teman sekamar saya. Yup, saya memang tinggal bersama teman-teman kantor di guess house yang disediakan oleh perusahaan. Semua bisa dibicarakan di forum gosip malam itu. Dari mulai masalah kerjaan, masalah kehidupan (cieeeeehhh...), sampai masalah yang tidak penting.

Seperti tadi malam, topik tidak penting mewarnai obrolan 3 pria bujang yang jelas-jelas kurang kerjaan. Salah satu topik yang muncul adalah tentang kuis-kuis yang dulu sangat banyak mewarnai layar kaca Indonesia. Sepertinya semua stasiun TV berlomba-lomba menayangkan kuis pada saat itu.

Salah satu kuis yang saya ingat pada saat itu adalah Tak Tik Boom. Kuis berhadiah besar yang sangat mengandalkan kemampuan intelegensi pesertanya ini dibawakan dengan apik oleh aktor yang sekarang menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf.

Selain itu ada juga Kuis Keluarga Lifebuoy yang dibawakan oleh Cathy Bon, babak Tebak Gambar adalah yang paling saya sukai dari kuis ini. Bahkan gara-gara kuis ini, saya dan teman-teman sering meniru babak tebak gambar saat itu.

Selain itu masih sangat bangayk kuis-kuis yang menghias layar kaca Indonesia. Ada Berpacu Dalam Melodi, kuis yang mengasah pengetahuan para pesertanya tentang musik dan tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya yang dipandu oleh Koes Hendratmo. Selain itu ada Ebet Kadarusman yang mamandu kuis Siapa Dia.

Selain bersama teman-teman satu rumah, saya pun membahas tentang kuis-kuis oldies ini dengan teman saya yang lain lewat sms. Bahkan wawasan dia tentang kuis-kuis jaman baheula jauh lebih banyak. Dia mengenal beberapa kuis yang saya tidak tau atau mungkin lupa seperti Gita Remaja oleh Tantowi Yahya dan Lacak Dunia oleh Rano Karno.

Kuis-kuis tersebut ada jauh sebelum kuis-kuis jaman sekarang muncul seperti Siapa Berani, Who Wants To Be Milionaire, Kocok-Kocok, SuperDeal 2 Milyar, dll. Kangen juga kadang sama kuis-kuis jaman dulu..Hehehhehehhe...

Berikut list kuis-kuis yang pernah tayang di layar kaca Inonesia yang saya dapatkan dari kaskus.us...

-Pesona Nada, TVRI, bersama Addie MS dan Ida Arimurti
-Kuis Serba Prima, TVRI, 1989-1991
-Kuis Cerdas Cermat, TVRI
-Kuis Gita Remaja, TVRI, 1989-1993
-Kuis Lacak Dunia, TVRI, 1993-1995
-Kuis Berpacu dalam Melodi, 1989-1998 bersama Koes Hendratmo
-Kuis Siapa Dia, 1992-1998 bersama Aom Kusman
-Kuis Aksara Bermakna, TVRI, 1989-1996
-Kuis Kata Berkait
-Kuis Tak Tik Boom, RCTI, 1992 bersama Dede Yusuf
-Kuis Gerak-Gerik, SCTV, 1995
-Kuis Double-O, Indosiar, 1996
-Kuis Komunikata, TPI bersama Isam Surentu
-Kuis Jari-jari, RCTI bersama Pepeng
-Kuis Siapa Berani, Indosiar, bersama Helmy Yahya
-Kuis Familly Feud, Antv
-Kuis Famili 100 (adopsi familly feud), Indosiar, bersama Sony Tulung
-Kuis Kotak katik, RCTI
-Kuis Keluarga LifeBuoy, RCTI host by Cathy Bonn
-Kuis Asah Asih Asuh, Tpi
-Kuis Tebak Gambar,RCTI
-Kuis tebak harga,bersama Nico Siahaan Trans TV
-Kuis Who wants to be a millionaire, RCTI, bersama Tantowi Yahya
-Kuis Super Deal 2 Milyar, Antv, bersama Nico Siahaan
-Kuis Kontak, RCTI , bersama Ferdi Hasan
-Kuis Apa ini Apa itu , RCTI, bersama .....siapa ya??
-Kuis Dangdut, TPI, bersama Jaja Mihardja
-Kuis Piramida,RCTI, bersama Ronny Sianturi
-Kuis Galileo,SCTV, bersama Susan Bachtiar

ada yang lain??? Tambahin yah...

Susah Masuk Susah Keluar..Cape Deh..  

Posted by doedoedoe

Hiburan saya di kota kecil-sepi-suah-nyari-makan ini tidak banyak. TV satelit berlangganan benar-benar membantu saya melewati waktu-waktu yang membosankan. Dan tentu saja telefon selular lah yang menjadi sahabat paling dekat bagi saya di sini.

Mendengar suara teman-teman dan orang-orang tersayang lewat telefon benar-benar memjadi obat kangen yang cukup manjur. Selain itu telfon selular juga menjadi penyambung antara saya dan pergosipan yang terjadi di antara teman-teman saya di kota besar.

Perang tarif antara provider jaringan selular membawa keuntungan tersendiri untuk orang-orang seperti saya. Yang biasanya hanya menggunakan fasilitas SMS saja untuk berhubungan dengan orang di seberang, kini fasilitas bicara pun ikut saya gunakan. Kesenangan saya saat itu bertambah dikarenakan provider yang memberi fasilitas telfon mursida bang bang (murah banget) itu antara lain XL dan Simpati dan memang dua provider itulah yang saya gunakan.

Kesenangan saya semakin bertambah dikarenakan sang XL menurunkan lagi tarif telfonnya. Jadi judulnya adalah telfon teruuuusssss sampe kuping merah. Perang tarif ini benar-benar sedikt meringankan beban saya dalam hal pembelian pulsa dan menyenangkan batin saya sebagai seorang Mr. Ring..Ring..


Tapi mulai 1 April 2008 kemarin, tarif Simpati berubah kembali. Yang asalnya mengusung Rp 0.5/detik, kini mulai menggunakan sistem per 5 menit. 1 menit pertama tarif normal, 4 menit berikutnya tarif 0.5/detik, 1 menit berikutnya kembali tarif normal, 4 menit berikutnya lagi tarif 0.5/detik, dan terus berulang. Sehingga kalau dijumlah sekitar Rp 21,000/jamnya. Gila, mahal juga. Walaupun tarif smsnya berkurang menjadi Rp 100 ke sesama Telkomsel dan Rp 150 ke lain operator.

Karena hal itu, Simpati saat ini saya istirahatkan dari fasilitas menelfon, paling saya gunakan untuk smsan saja. Dikarenakan Simpati menyerah dari kancah perang tarif ini, para pengguna layanan telfon selular banyak yang beralih ke IM3 dan XL yang masih mengusung tarif 0.0000000001. Para pelanggan yang menggunakan fasilitas telfon di jaringan 2 opeartor telfon selular ini pun membludak, saling berebut menyambungkan diri.

Akibat dari hal tersebut adalah kesulitan menyambungkan panggilan yang teramat sangat. Terutama pada peak hour yaitu antara pukul 18.00 sampai 22.00. Susah masuk susah keluar, itulah yang saya rasakan sekarang di kota kecil ini apabila hendak menggunakan fasilitas telfon selular pada malam hari khususnya.

Seharusnya perusahaan-perusahaan provider telfon selular memperbagus sistem jaringan mereka sebelum memutuskan untuk ikut di kancah perang tarif antara telfon selular. Mari kita lihat siapa yang akan keluar sebagai pemenang dari perang ini.

*Image was taken from www.xl.co.id

Anyone else but you...  

Posted by doedoedoe

Beberapa waktu yang lalu, saya baru saja nonton film JUNO di DVD. Film yang bawa Ellen Page jadi salah satu nominator Best Actrees in Leading Role di ajang Oscar 2008 kemarin memang patut disaksikan. Acting Page yang sangat natural dan cerita yang ringan tapi dikemas dengan rapi memang menjadi daya tarik utama film ini.
Ellen Page and Micheal Cera

Ada satu lagi yang saya suka dari film ini, yaitu lagu soundtrack di bagian akhir film. Lagu ini dinyanyikan langsung oleh dua pemeran utama film ini, yaitu Ellen Page dan Michael Cera. Begini lah isi lagunya...

Anyone Else But You
You're a part time lover and a full time friend
The monkey on you're back is the latest trend

I don't see what anyone can see, in anyone else
But you

Here is the church and here is the steeple
We sure are cute for two ugly people
I don't see what anyone can see, in anyone else
But you

We both have shiny happy fits of rage
I want more fans, you want more stage
I don't see what anyone can see, in anyone else
But you

You're always trying to keep it real
And I'm in love with how you feel
I don't see what anyone can see, in anyone else
But you

I kiss you on the brain in the shadow of a train
I kiss you all starry eyed, my body's swinging from side to side
I don't see what anyone can see, in anyone else
But you

The pebbles forgive me, the trees forgive me
So why can't, you forgive me?
I don't see what anyone can see, in anyone else
But you

Du du du du du du dudu
Du du du du du du dudu
Du du du du du du dudu du

I don't see what anyone can see, in anyone else
But you
Lagunya lucu polos tapi ngegambarin kekuatan cinta..(alah..alah..bahasa gw!!!)

*Lyric was taken from letssingit.com
*Image was taken from foxsearchlight.com

Soap Opera = Sinetron ??  

Posted by doedoedoe

Pada tau soap opera atau opera sabun kan? Mungkin ini adalah acara TV yang paling digemari oleh ibu-ibu ya mungkin selain acara reality-show-paling-panjang-yang-konsepnya-tidak-jelas Superstar yang ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta yang seprtinya sudah di ambang kebangkrutan.

Kita sering memakai istilah soap opera, tapi kenapa sih diberi namap soap opera? Saya iseng-iseng googling mencari sejarah tentang soap opera ini. Jadi ternyata soap opera bermulai dari sandiwara radio pada tahun 30-an. Dan pada saat itu hampir 90% dari sponsor acara tersebut adalah perusahaan sabun atau pembersih. Maka dari itu lah dinamakan soap opera.

Soap opera pertama saat itu adalah Guiding Light berupa sandiwara radio yang selanjutnya diangkat ke layar kaca. Mulai saat itu berkembanglah serial TV bergenre ini, bahkan hingga sekarang seperti Desperate Housewife, Brothers&Sisters, dan masih banyak lagi.

Para pemeran serial Guiding Light yang masi bertahan penayangannya sampai sekarang.

Salah satu adegan dalam Desperate Housewife, saat episode tentang Pesta Halloween di Wisteria lane.

Mungkin dikarenakan keuntungan yang sangat berlimpah dari serial TV bergenre seperti ini, akhirnya para sineas TV Indonesia pun mencoba untuk terjun ke dunia soap opera. Mungkin dulu kita pernah mengenal serial Jendela Rumah Kita, atau Losmen, atau Dokter Sartika itulah beberapa dari soap opera Indonesia pada masa itu.

Tapi kini entah mengalami kemajuan atau kemunduran -tapi yang pasti adalah perubahan-, soap opera di Indonesia mulai dikawinkan dengan telenovela dari dunia latin sehingga berevolusi menjadi satu genre baru yaitu sinetron. Nah, inilah dia yang hingga saat ini merajai pertelevisian Indonesia mengalahkan segala macam jenis acara TV.

Sinetron pun mengalami evolusi sendiri di dalamnya. Pertama sinetron bertema cinta standar gaya telenovela, lalu sinetron laga gaya Hongkong, atau sinetron religi islami gaya ... (saya tidak tahu yang ini bergaya mana), sampai sinetron anak-anak yang sepertinya mengeksploitasi anak kecil demi mimpi orang tuanya yang berharap punya anak seorang selebritis.

Tapi ada perbedaan besar antara soap opera luar dengan sinetron karya anak bangsa, yaitu masalah penggarapannya. Soap opera luar digarap dengan keseriusan tingkat tinggi, karena banyak nama yang benar-benar dipertaruhkan di dalamnya. Sehingga tidak jarang serial-serial TV tersebut yang mampu bertahan hingga berpuluh-puluh musim dan hebatnya tidak membuat bosan bahkan makin penasaran untuk disaksikan. Berbeda dengan sinetron yang penggarapannya pun tampak tergesa-gesa menggunakan metode kejar tayang dan apabila beruntung untuk di perpanjang musimnya, biasanya nasib serial TV ini malah memburuk.

Sangat tidak bijak memang apabila kita membandingkan serial TV luar dan serial TV dalam negeri. Tapi apa mau dikata, mungkin saya masi sangat kurang bijak sehingga sangat gatal bagi saya untuk membandingkannya. Mari kita mulai...

Sinetron di Indonesia sangat memperkaya produsen make-up, maksudnya banyak sekali produsen make-up yang sangat diuntungkan dengan adanya sinetron-sinetron ini. Lihat saja para pemerannya -terutama wanita- yang kadang pada scene bangun tidur saja sudah bermake-up tebal, bagaimana tidak menguntungkan prodeusen make up. Selain itu ada banyak faktor tidak masuk akal yang lain, misalnya saja pemeran pembantu atau gadis miskin tapi dengan rambut yang dihighlight indah, salah satu bentuk ketidak profesionalan artis dalam negeri.

Tapi sudah ada sih beberapa sinetron yang digarap dengan serius yang memperhatikan aspek-aspek ke-masuk akal-an, misalnya saja Arisan : The Series yang sayang berhenti produksinya. Tapi mungkin saja akan terbuka babak baru berikutnya dalam persinetronan Indonesia dan pada akhirnya dapat menyaingi opera sabun buatan negeri barat. Amien...! Sampai saat itu terjadi mungkin barulah sinetron Indonesia bisa disebut sebuah opera sabun.

*Guiding Light image was taken from cbs.com
*Desperate Housewife image was taken from abc.go.com

New Cheff  

Posted by doedoedoe

Huaaaaaa..Sudah balik lagi ke hari Senin ternyata. Weekend memang ga pernah terasa cukup buat saya. Badan saya selalu minta lebih atau lebih gaulnya nagih yang bisa-bisa berujung ke sakaw weekend. Weekend buat saya tidak selalu harus jalan-jalan ke suatu tempat keramaian, atau berekreasi, atau ajep-ajep dung cek (baca: dugem). Yang penting buat saya adalah bisa istirahat, bisa berubah ke males mode : on seharian, dan bisa bangun siaaaaang. Seperti yang saya lakukan weekend kemarin. Berdiam di rumah seharian, dimulai dengan bangun siang lalu nonton tv dan tidur siang. Nikmad!!

Tapi ada yang berbeda dengan weekend kemarin. Berawal dari ajakan salah satu teman saya untuk bermasak-masak ria untuk makan malam, jadilah petualangan weekend saya diisi dengan acara masak memasak. Sabtu siang kemarin, temen saya menyampaikan idenya untuk masak makan malam, maka saya pun mulai me-list menu yang akan saya masak. Berbekal les singkat cara memasak dari ibu saya lewat telfon, saya pun memutuskan untuk memilih 3 menu utama, yaitu bihun goreng, tempe mendoan, dan telur dadar cabe.

Hunting bahan-bahan adalah yang pertama saya lakukan dengan bantuan pembantu di rumah. Setelah semua bahan terkumpul, dimulailah petualangan memasak makan malamnya. Dengan bantuan 2 orang teman saya yang sama-sama kelaparan juga, akhirnya tiga menu utama tersebut selesai di masak dan berhasil dihidangkan. Cuma untuk telur dadar cabe agak sedikit asin (mungkin saya memang sudah kebelet kawin.. :D)

Entah saya kerasukan Martha Stewart atau mungkin salah satu alter ego saya sedang dominan saat itu, jiwa bapak rumah tangga saya muncul menyeruak ke permukaan. Maka pada hari Minggu saya tidak ikut ayah ke kota naik delman istimewa, saya juga tidak duduk di samping pa kusir, dan juga tidak ada suara tak tuk tak tuk sepatu kuda. Tapi pada hari Minggu kemarin saya kembali masak makan siang dengan memanfaatkan bahan yang ada di rumah. Ya, hasilnya tidak mengecewakan juga lah, lumayan.

Tidak hanya itu, saya pun dengan tumben-tumbennya mencuci peralatan makan dan memasaknya. Hebat!! Padalah pada saat itu saya yakin tidak sedang dalam pengaruh alkohol, saya yakin saya sedang sadar. Bahkan hal memasak dan mencuci perabot dapur pun saya ulangi kembali pada malam harinya. Saya benar-benar hebat!!

Apakah sifat rajin ini cuma mampir sesaat atau memang sudah memutuskan untuk menetap? Hmmmm.. Saya yakin dia cuma mampir saja. hihihihihihi..

La Vie En Rose  

Posted by doedoedoe

Salah satu jenis film yang paling saya sukai adalah film yang menceritakan tentang kehidupan tokoh-tokoh yang ada di kehidupan nyata, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan biopic. Film-film berjenis ini antara lain Ali, Ray, Raging Bull, A Beautifull Mind, The Aviator, dan masih banyak lagi.


Seperti tadi malam, saya baru menonton salah satu film biopic yang menurut saya sangat bagus, La Vie En Rose. Ini adalah film yang menceritakan kehidupan seorang penyanyi legendaris Perancis, Edith Piaf. Mungkin banyak yang tidak tahu tentang sosok Edith Piaf, karena terus terang saya juga baru tahu kalau ada penyanyi perancis yang bernama Edith Piaf.

The real Edith Piaf

Edith Piaf lahir dengan nama Édith Giovanna Gassion di sebuah kota imigran, Belleville, Paris pada tahun 1915. Ibunya rela meninggalkan Edith kecil demi mengejar cita-cita sebagai seorang penyanyi. Ayahnya pun melakukan hal sama, dengan menitipkan Edith kecil di sang nenek yang adalah seorang pengelola tempat prostitusi. Setelah tinggal beberapa waktu di tempat prostitusi tersebut, sang ayah kembali membawanya untuk ikut bekerja di sebuah sirkus (ayah Edith adalah seorang sircuss performer -ahli keseimbangan dan melenturkan tubuh-).


Suatu saat, ayahnya yang pemabuk memutuskan untuk meninggalkan sirkus dan memulai perjalannya sendiri bersama Edith sebagai seorang street performer. Tapi justru disinilah bakat Edith dalam bernyanyi muncul, justru penampilan Edith bernyanyi di jalan lah yang menarik perhatian orang banyak.

Dikarenakan kehidupan keras yang dilaluinya semasa kecil, Edith berkembang menjadi remaja yang kasar dan brutal yang sangat dekat dengan kehidupan malam dan alkohol. Hidupnya mulai berubah sejak dia bertemu dengan Louis Leplée saat Edith sedang bernyanyi di jalanan. Leplee mengenalkan Edith pada stage performance pertamanya, bahkan suara Edith yang serak-serak khas memberikan ide bagi Leplee untuk memberikan julukan Edith sebagai La Môme Piaf , Si Gagak Kecil (piaf dalam bahasa Prancis slang berarti gagak).

Karir Edith sebagai penyanyi terus menanjak, tapi masalah yang datang pun kian bertubi-tubi. Salah satunya adalah terbunuhnya Leplee yang justru menyeret Edith sebagai salah satu tersangka utama, sehingga menghancurkan karirnya.

Beruntung Edith bertemu dengan Raymond Asso, yang pada akhirnya membawa Edith ke level yang lebih tinggi. Dari yang asalnya hanya seorang penyanyi di cafe, kini Edith bertransformasi menjadi penyanyi profesional. Namanya pun berubah menjadi Edith Piaf seorang penyanyi wanita mungil yang mampu menaklukan Prancis dengan suaranya.

Sikap aroganisme Edith ikut meningkat seiring dengan meningkatnya ketenaran Edith, membuatnya semakin menjadi true diva. Karir Edith mulai merambah Amerika, dia pun bertemu pria yang akhirnya menjadi kekasihnya Marcell, seorang petinju berkebangsaan Prancis. Sayang kisah mereka sangat singkat, Marcell meninggal akibat kecelakaan pesawat saat akan menemui Edith.

Kepergian Marcell, membuat hidup Edith hancur seketika. Hal ini membawanya ke kecanduan morfin. Karirnya semakin merosot hingga akhirnya Edith didiagnosa mengidap kanker sampai ke akhir hayatnya.

Yang membuat film ini menarik adalah akting gemilang dari Marion Cotillard yang seperti benar-benar bertransformasi menjadi seorang Edith Piaf. Dia dengan suksesnya berhasil menghidupkan kembali karakter Edith. Tidak sia-sia, sebab dia digancar dengan 3 Award sekaligus, Golden Globe, BAFTA, dan Academy Awards.

Marion Cotillar as Edith Piaf

Saya jadi berfikir, kapan ya Indonesia akan mengangkat kembali film biopic. Memang untuk membuat satu film biopic dibutuhkan riset yang tidak sebentar. Selain itu aktor ataupun aktris yang memerankannya pun harus benar-benar all out. Sedangkan di Indonesia untuk mendapatkan aktris atau aktor yang memang all out sampai rela untuk dirombak total misalnya (secara fisik) untuk mendekati tampilan fisik sang tokoh yang difilmkan saya rasa masih sangat susah.


But we'll see mungkin nanti akan ada pengikut film Tjoet Nyak Dien yang merupakan film biopic Indonesia yang juga sukses di dunia internasional.

The Vacation Chronicles : Part 3, Back To The Business  

Posted by doedoedoe

Menyebalkan!
Itulah yang terngiang-ngiang di benak saya saat waktu liburan di Bandung hampir berakhir. Rasa kangen saya terhadap keluarga, teman-teman, dan suasana kota Bandung rasanya belum terpuaskan. Inginnya sih meng-extend cuti saya untuk mungkin seminggu ke depan, tapi tentu saja itu tidak mungkin dengan kondisi kerjaan di kantor sekarang ini. Yang ada mungkin surat pemecatan atau mungkin tali gantungan yang akan diberikan oleh atasan saya.


Ya, apa mau dikata. Liburan saya selama 6 hari di Bandung pun harus berakhir. Walaupun berat, tapi ya itulah resikonya jadi pekerja. Akhirnya hari itu datang juga -Rabu, 26 Maret 2007- hari yang sangat tidak saya tunggu-tunggu. Rencananya waktu itu saya naik pesawat ke Tanjung Karang pukul 12.30 WIB, karena waktu check-in bandara adalah 1 jam sebelum keberangkatan, jadi saya harus tiba sekitar jam 11 siang.

Saya memutuskan untuk naik travel langsung menuju bandara. Kebijakan dari perusahaan travel yang saya naiki waktu itu adalah setiap penumpang wajib naik travel pada jadwal 4 jam sebelum batas waktu check-in. Walhasil dengan sedikit mendumel, saya pun harus sudah sampai di tempat travel sebelum jam 7 pagi. Hebat!!

Ternyata eh ternyata, jalanan ibukota Jakarta hari itu maceeeetttt. Travel yang saya
tumpangi harus dengan sabar terjebak dalam kemacetan di dua titik. Yaitu saat keluar dari pintu tol Pondok Gede Timur dan saat di tol Jembatan Tiga. Damn!! Berati dari mulai awal liburan, saat liburan, sampai akhir liburan yang saya dapati adalah macet. Benar-benar bonus liburan yang menyenangkan. Setelah berjuang melawan kemacetan yang nista, Bandara Soekarno-Hatta pun menyambut. Ditemani se-cup Latte hangat StarBuck saya pun menunggu boarding. Tanjung Karang here I come...

Sekitar pukul 13.00 WIB, udara panas Tanjung Karang menampar muka saya. Saya langsung lesu saat berfikir bahwa saya harus meneruskan perjalanan sekitar 2 jam lagi menggunakan bus untuk sampai di kota saya bekerja. Ternyata kesialan saya belum lagi berakhir. Saya harus menunggu bus yang akan membawa saya ke Kotabumi di tengah matahari terik tanpa ada pohon untuk berlindung selama kurang lebih 30 menit. Bakar saja sekalian bakaaarrrr!!!

15.30 WIB saya sampai di Kotabumi atau yang biasa saya juluki sebagai Kota Indomaret dikarenakan sangat banyaknya Indomaret di kota sekecil ini. *eng ing eng* berarti sudah saatnya kembali ke rutinitas yang membosankan di kota ini. Selamat yaaa!!!


Liburan sudah benar-benar berakhir...