The Wedding Day  

Posted by doedoedoe in , ,

Jantungku berdebar kencang. Inilah saatnya. Saat yang aku tunggu-tunggu. Saat yang membuatku sempat stress saat mempersiapkannya. Kau dan akau akan menjadi satu hari ini. Dua jadi satu. Aku. Kamu. Kita.

Aku memeriksa gaun putih dengan potongan minimalis yang aku kenakan. Kuperiksa jalinan rapih rambutku. Sehelai kerudung putih terselipkan pada rambutku dan menjuntai ke lantai. Sempurna, saat melihat bayanganku yang terpantul di cermin.

Aku berjalan perlahan menuju altar, di sana pangeranku sudah menunggu. Dia tampak sangat tampan dan gagah dalam balutan tuxedo hitam. Dua sahabat terbaikku, yang kudaulat sebagai pengiring pengantin berjalan anggun di depanku. Sayang sekali ayah dan ibu tidak dapat melihat prosesi ini. Tapi aku yakin mereka sedang menyaksikan dan bahagia di atas sana.
Kami berdua mengikrarkan janji pernikahan kami masing-masing. Puisi yang sangat indah mengalun dari bibirnya. Menyesaki ruang hatiku, membuat bulir air mata tak dapat dibendung. Ini adalah air mata super bahagia.

Dia mendaratkan ciuman lembut di bibirku. Seketika aku merasakan ada sepasang sayap yang tumbuh di punggungku. Aku terbang. Melayang dalam luapan kebahagiaan.

Ah, sudahlah. Saatnya bangun dari hayalan ini. Cangkir kopi di hadapanku juga sudah kosong. Saatnya menghadapai realita dunia. Ayo giat mencari sosok nyata pangeran dalam hayalanku tadi. Ups, sudah jam satu siang. Jam istirahatku sudah habis.

Rumah Idaman  

Posted by doedoedoe in , ,

"Nanti kalau kita uda nikah, kamu mau punya anak berapa?"
"Dua aja cukup ah, kan ngikutin anjuran pemerintah."
"Kalau cuma dua pasti kurang rame. Minimal empat lah."
"Jangan gegabah. Anak itu titipan Tuhan. Jangan punya anak terlalu banyak, tapi malah kita gak bisa ngurusnya."
"Aku yakin kalau mereka punya Ibu kayak kamu, mereka pasti gak bakalan telantar. Aku yakin kita berdua pasti bisa ngurus anak-anak kita dengan baik."
"Ya, tapi dua aja dulu. Kalau uda gede-gede baru nambah lagi."
"Siap! Terus nanti kamu mau punya rumah kaya gimana?"
"Aku mau punya rumah yang bagus. Gayanya minimalis, halamannya luas jadi anak-anak kita nanti bisa puas maen di halaman rumah."
"Terus apa lagi?"
"Aku juga ingin ada kolam renangnya ya. Terus kita ajarin berenang anak-anak kita. Pasti seneng banget tuh."
Mereka berdua tertawa terbawa imaji bersama.
***
5 tahun kemudian...
"Sayang, aku minta maaf ya."
"Minta maaf untuk apa?"
"Minta maaf karena aku gagal wujudin impian kamu tentang rumah idaman. Rumah yang besar, dengan halaman luas dan kolam renang."
"Kamu gak gagal. Sama sekali gak gagal. Kamu uda buatin aku rumah yang besar banget. Jauh lebih besar dari yang aku idamkan."
"Sebuah rumah tipe 21 bukan idaman kamu sayang. Aku masih ingat benar rumah idaman kamu seperti apa."
"Rumahku ada di sini." Sang istri meletakan tangan kanannya pada dada kiri suaminya. "Hatimu cukup besar untuk menampung aku dan anak-anak kita. Hatimu bahkan sangat besar untuk menampung cinta dan kasih sayang yang selalu kamu berikan untuk kami. Hatimu menyediakan segala hal yang aku dan anak-anak perlukan. Kami puas bermain dengan segala perhatian dan kasih sayang yang kamu hembuskan seiring dengan setiap hembusan nafasmu. Kami puas berenang dalam lautan cintamu yang tak berujung. Kamu telah memberikan kami kenyamanan yang tidak terhingga sayang. Jangan pernah menyebut kamu gagal. Kamu berhasil. Sangat berhasil." Lanjut sang istri.
Sang suami tersenyum mendengar perkataan istrinya.
"Si Kembar lapar, aku buatkan mereka makanan dulu ya." Sang istri mencium pipi suaminya dan berjalan menuju dapur.

Gelombang Otak  

Posted by doedoedoe in , ,

Aku selalu cinta hujan. Bagiku suara gaduh hujan merupakan salah satu simfoni terindah, ditambah dengan semerbak wangi tanah basah. Indah. Aku suka saat percikan air hujan yang pecah menabrak suatu permukaan dan butir-butir halusnya menyentuh kulitku. Segar.
Seperti sekarang, aku duduk di sebuah kafe memandang hujan berteman secangkir teh aroma peach yang mengepul dan berbatang-batang Dunhill Menthol Lights yang jauh mengalahkan kepulan teh, Aku memejamkan mata lalu menghirup dalam-dalam wangi hujan. Tiba-tiba ada bau itu. Bau yang dulu sangat aku hafal. Aku segera melihat berkeliling, mencari sumber bau itu.
Mataku menangkap sosok itu. Sosok si pemilik bau. Aku memanggil namanya dalam hati dan kusalurkan ke otak. Seketika dia melihatku. Ternyata setelah sekian lama ini, frekuensi otak kami masih tidak berbeda jauh. Aku tersenyum. Dia membalas. Dia menghampiri.
"Kursi ini kosong?" Dia bertanya.
"Tidak. Ada orangnya." Aku menjawab.
"Hmm, siapa kira-kira orang beruntung yang duduk di kursi ini?" Dia kembali bertanya.
"Kamu." Jawabku santai.
Tertawa kami meledak menyaingi alunan simfoni hujan. Tanpa aba-aba, obrolan kami melesat. Mengejar tiap frame waktu yang terlewat.
"Hmm, udah lama juga ya. Dua tahun." Dia berkata.
"Dua tahun dua bulan tiga belas hari." Koreksiku.
"Si Nona Detail kembali beraksi. Gak cape ya harus detail gitu terus?" Oloknya.
"Lebih cape ngadepin kamu kali." Jawabku santai sambil menghembuskan asap dari bibirku.
"Curcol alert! Curcol alert!" Tawanya kembali meledak. Tawa yang sempat mewarnai hari-hariku. Dulu.
"Masih suka ujan?" Dia kembali bertanya sesaat setelah menenggak kopi hitam dengan sedikit gula. Kesukaanya masih belum berubah.
"Banget. Walaupun dulu sempet sedih pas hujan, bukan berarti aku jadi benci hujan." Aku memeletkan lidah, mengoloknya.
"Wah, mau dibahas nih jadinya soal yang dulu?"
"Soalnya kamu jahat dulu. Udah tau aku suka hujan, malah kamu mutusin aku pas hujan. Mau bikin aku trauma sama hujan ya?"
"Gak gitu lah. Itu pas kebeneran aja hujan."
"Sampe sekarang aku masih ngerasa kamu gak jujur sepenuhnya sama aku soal alesan kamu mutusin aku. Bukannya aku bilang kalau kamu bohong soal belajar, butuh waktu sendiri sama lain-lainnya itu. Tapi kaya ada sesuatu yang kamu gak masukin di list alesan mutusin dulu itu." Aku memicingkan mata, mencoba menginterogasi dengan canda.
"Percuma dong kalau dari dulu kita terkenal jadi pasangan dengan gelombang otak yang hampir sama kalau kamu gak bisa jawab sendiri pertanyaan kamu tadi." Senyumnya penuh arti.
"Kayanya kita harus lebih sering deh ngobrol-ngobrol kaya gini. Set the schedule?" Aku bertanya.
"Sure. We should."
Seorang pria menghampiri kami berdua.
"Well, gadis manis, aku duluan. Nanti kamu kasih kabar aja kapan kita ketemu lagi ya. Eh, by the way, kenalin ini Indra. Indra, Isabel. Isabel, Indra."
Setelah berpamitan, dia bersiap pergi meninggalkanku. Sebelum pergi dia sempat berkata sedikit berbisik.
"Kalau memang gelombang otak kita masih sama, kamu sekarang ini pasti sudah tahu alasan utama kenapa aku mutusin kamu waktu itu." Senyum tersirat di wajahnya. Lalu pergi meninggalkanku.
Aku tiba-tiba tertegun melihatnya, juga temannya. Dan akupun tertawa.

Di Tengah Tumpukan Hadiah  

Posted by doedoedoe in , ,

Aku duduk lesu di tengah tumpukan bingkisan di kamarku. Paling tidak ada sekitar 200 bingkisan di sekitarku. Seharusnya semua bingkisan ini untukku. Seharusnya besok aku membuka bingkisan ini satu per satu, bersamamu. Berdua.
Tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi, jauh dari nyata. Kamu menghancurkan impianku. Kamu menghancurkan segalanya. Kamu baru saja menghancurkan harga diriku menjadi hanya serpihan debu. Kamu. Kamu. Kamu. Mengapa aku tidak dapat membuangmu dari pikiranku semudah membalikan telapak tangan?
Kini semua bingkisan ini harus kukembalikan ke setiap orang yang memberikannya. Capek tau. Atau mungkin lebih baik aku kirim saja semua ke rumahmu. Biar kau saja mengembalikan ke masing-masing pengirimnya. Toh, ini semua juga gara-gara kamu. Setidaknya kamu akan punya sedikit tanggung jawab. Bukan hanya bisa membatalkan pernikahan pada hari H-nya saja.
Betul, aku kirimkan saja semua ini ke rumahmu. Selamat bekerja keras sayang.
Bandung, 9/10/11 - (Seharusnya) Kamar Pengantin, di tengah tumpukan hadiah

Dari Balik Jendela  

Posted by doedoedoe in , ,

Hari ini kamu menggunakan kemeja berwarna biru terang. Eh, kamu baru potong rambut ya? Potongannya rapi, bagus. Kamu terlihat makin tampan. Pagi sekali kamu pergi ke kantor hari ini. Tumben. Apakah ada meeting di kantor? Selamat jalan, hati-hati ya. Semoga semua pekerjaanmu lancar hari ini. Doaku selalu menyertaimu.
***
Wah, malam ini kamu pulang cukup larut. Wajahmu juga terlihat sangat lelah. Apakah ada masalah di kantormu hari ini? Segeralah istirahat, agar besok kamu kembali segar dan senyum manis itu kembali bertengger di wajahmu. Selamat tidur. Doaku selalu menyertaimu.
***
Akhirnya aku dapat melihatmu lagi, sudah berhari-hari kamu tidak pulang. Sepertinya kamu sedang ada pekerjaan di luar kota ya? Wajahmu juga tampak lelah. Oh, andaikan aku dapat menuju tempatmu, membuatkanmu secangkir teh manis hangat untuk meringankan sedikit penatmu. Selamat istirahat. Doaku selalu menyertaimu.
***
Siapa wanita yang kau bawa itu? Dia cantik. Mengapa dia merangkulkan tangannya di tanganmu? Apakah dia teman kerjamu? Aku tidak suka dia.
***
Kenapa kamu sering membawa wanita itu ke rumahmu? Apakah dia kekasihmu? Kamu selalu tampak bahagia apabila dia berada dekat kamu. Dia tidak pantas untukmu. Aku bisa membuatmu jauh lebih bahagia. Aku jauh lebih baik darinya. Tapi aku terjebak di sini. Di kamar ini. Aku hanya bisa mengamatimu. Andai kamu tahu aku ada di sini, setiap saat memperhatikanmu. Sedih memang, tapi kamu pasti tahu kalau doaku selalu menyertaimu. Selamat berbahagia pangeranku.
***
Ryo selalu merasa ada yang memperhatikannya saat dia ada di luar rumahnya. Dia melihat ke sekeliling, mencari sesuatu yang dia pun tidak tahu apa. Matanya terhenti pada salah satu jendela di lantai dua, di sebuah rumah yang sudah lama kosong tepat di depan rumahnya. Gelap, kosong, tidak ada siapapun. Tiba-tiba buku kuduknya merinding.

SMS  

Posted by doedoedoe in , ,

Kamu kemana aja sih? Udah seminggu ini aku ga denger kabar dari kamu. Bales ya. Please.
sent 22/09/2009 - 18:21

Angkat telp nya dong. Kamu knp? Apa aku punya salah sama kamu?
sent 22/09/2009 - 22:05

Babe, kamu dimana? Aku butuh kamu. Please jgn gini ke aku dong. Bales ato angkat telp aku
sent 23/09/2009 - 08:11

Aku minta maaf kalau aku ada salah sama kamu. Tapi sengganya kita omongin masalahnya. Jgn bikin aku prasangaka macem2
sent 23/09/2009 - 09:01


Sorry bgt. Aku baru bisa bales sms kamu. Aku lg ada masalah skr. Tlg jgn telp aku dulu. Please ngertiin aku skali ini
sent 23/09/2009 - 12:32

Kamu knp? Masalah apa babe? Kamu dmna skr? Mungkin aku bisa bantu
sent 23/09/2009 - 12:33

Aku khawatir sama kamu. Kamu dmna? Bisa ketemu?
sent 23/09/2009 - 15:42

Babe. Aku kangen. Aku khawatir. Plase jgn kaya gini. Aku sayang kamu.
sent 23/09/2009 - 18:01

Maaf. Aku rasa kita cukup sampe dsini dulu. Aku utk skr ga bisa nglanjutin hubungan ini. Aku bner2 minta maaf sama kamu. Aku jg masih syg kamu. Cuma keadaan skr lg kacau bgt. Aku bner2 lg butuh sendiri. Aku mohon kamu bisa ngerti. Tolong maafin aku.
sent 23/09/2009 - 18:12

Babe, tlg angkat telp aku. Jgn kaya gini caranya. Aku ga siap kalo hrs keilangan kamu skr. Please, aku pgn ngomong sama kamu.
sent 23/09/2009 - 18:16

Aku ga bisa nerima telp dr kamu. Denger suara kamu bkalan bkin aku makin berat ngambil kputusan ini. Maafin aku. Masalahnya ada di aku. Maafin aku.
sent 23/09/2009 - 18:19

Jgn kaya gini. Aku mohon sama kamu. Knp tiba-tiba kaya gini?
sent 23/09/2009 - 18:21

Seorang pria duduk tertunduk melihat layar handphone-nya. Dia menghapus pesan terakhir yang dia terima dan mematikan handphone-nya. Dia memegang tangan seorang wanita yang sedang terlelap di sampingnya. Wajahnya tampak lelah setelah perjuangan berat dini hari ini. Seorang pejuang. Seorang ibu yang baru saja melahirkan anak pertamanya.

Telur Dadar Cinta  

Posted by doedoedoe in , ,

2 butir telur ayam, kocok
Sedikit irisan smoke beef
Sedikit irisan bawang bombay
Tambahkan agak banyak keju
Beri irisan paprika hijau untuk mempercantik
Tambah garam dan merica

Siapkan wajan anti lengket
Beri sedikit mentega
Goreng telur hingga matang
Sajikan di piring dengan salad segar

Terakhir, tambahkan perhatian, pelukan dan berton-ton cinta. Maka jadilah menu sarapan telur dadar sempurna pagi ini.
Aku membuka pintu kamar, "Saatnya sarapan sayang. Aku buatin kamu telur dadar cinta."
Seperti biasa, pagi ini pandangan kosongnya tertuju ke jendela yang kubiarkan terbuka, mempersilahkan matahari pagi datang bertamu. Aku duduk di tempat tidur, di sampingnya.
"Kamu pasti suka telur dadar buatan aku ini. Ada sejuta rasa pelukan di dalamnya. Dan yang pasti ada cinta. Yuk, makan sayang." Aku mendekatkan potongan telur dadar ke bibirnya.
Mata kosongnya memandangku saat dia membuka mulut. Aku tahu dia ada di dalam sana. Terperangkap. Aku akan menunggunya di sini. Kapanpun kau siap sayang.